Kiranoviani--penulis Membawa Tiga Anak Presdir yang telah menulis lebih dari 800ribu kata dan telah berhasil memenangkan hati lebih dari 900ribu pembaca. Minzzo menggambarkan penulis kece ini sebagai penulis dengan imajinasi melimpah, ketekunan dan disiplin yang luar biasa, serta aura yang positif.
Kak Kiranoviani tak pernah menutup diri dari segala bentuk informasi, menjadikannya sumber inspirasi yang tak ada habisnya. Dan di Fizzo, ia telah membuktikan kapasitasnya untuk memciptakan konflik menarik dengan narasi yang memikat.
Melalui karya-karya panjangnya yang menarik, ia pun berhasil menghasilkan pendapatan yang signifikan, mencapai Rp13juta per bulan. Dalam wawancara ini, Kiranoviani berbagi pengalamannya, memberikan wawasan tentang perjalanan menulisnya, serta rahasia di balik keberhasilannya dalam meraih hati jutaan pembaca.
Yuk, lanjut simak detail-nya!
Minzzo: Selama setahun terakhir, Kak Kiranoviani telah menciptakan lebih dari satu juta kata dari beberapa karya di Fizzo, sebuah pencapaian yang luar biasa. Bagaimana cara Kakak mempertahankan kekayaan cerita yang Kakak buat?
Kiranoviani: Sebenarnya, saya ini orangnya memang suka berimajinasi. Tapi, yang paling penting itu saya selalu catat apa saja yang menarik perhatian. Entah itu di tempat ramai atau di tempat yang sepi, kalau ada yang bikin saya tertarik atau terpikirkan sesuatu, langsung deh saya catat. Ini membantu banget biar ide-ide itu nggak hilang begitu saja.
Untuk hal yang saya tonton atau baca, saya nggak pernah membatasi diri. Zaman sekarang kan gampang banget nyari info apa saja. Dari politik, parenting, cerita seram, kriminal, sejarah, komedi, sampai yang berhubungan dengan agama, saya tonton semua. Makanya, algoritma media sosial saya itu isinya macem-macem banget. Nah, kalau saya nemu sesuatu yang unik dan kayaknya belum banyak yang tahu, saya suka coba masukkan ke dalam cerita. Menurut saya, memberi pembaca sesuatu yang baru itu bisa bikin cerita kita jadi lebih menarik.
Minzzo: Menurut Kakak, apa sih keuntungan menulis cerita yang lebih panjang? Kenapa tidak memulai buku baru?
Kiranoviani: Nah, cerita yang udah lama dan masih banyak pembacanya, akan lebih menguntungkan jika ceritanya lebih panjang. Soalnya, ceritanya udah punya "nyawa" sendiri, dan kita tinggal mempertahankan pembaca yang udah ada. Kalau misalnya ada satu bab yang kurang oke, pembaca biasanya masih mau kasih toleransi, karena mereka udah terikat sama ratusan bab lainnya.
Kalau nulis cerita baru, itu artinya mulai dari nol lagi, cari pembaca baru. Butuh kesabaran buat nulis sampai 50ribu kata supaya dapat rekomendasi. Saya lihat banyak teman penulis yang kurang sabar, belum sampai 50ribu kata udah khawatir soal tayangan. Jadi, menurut saya lebih baik melanjutkan cerita yang lama yang udah punya pembaca setia. Kalau cerita baru, pembaca mungkin cuma baca 1 atau 2 bab awal, dan kalau mereka kecewa, biasanya langsung ditinggal.
Minzzo: Dalam perjalanan menulis di Fizzo, apa sih yang jadi pendorong atau motivasi Kakak untuk terus nulis?
Kiranoviani: Pembaca di Fizzo juga support banget buat saya nulis yang panjang-panjang. Jujur, dulu waktu di platform lain, pembaca saya nggak sebanyak ini. Di Fizzo, alhamdulillah, pembacanya ramai sekali. Setiap kali saya unggah bab baru, pasti banyak yang kirim pesan, mulai dari kritik sampai saran.
Pembaca di sini tuh suka banget interaksi sama penulis. Saya sendiri sering banget dapat ide-ide baru dari komentar-komentar mereka.
Minzzo: Kak, bisa nggak, sih, ceritain beberapa pengalaman interaksi sama pembaca? Penasaran nih.
Kiranoviani: Oh, pembaca di Fizzo itu kan beragam banget lho, dari berbagai latar belakang. Sering kali mereka bikin saya kagum dan terkejut. Misalnya, waktu saya nulis tentang kesehatan anak, eh ternyata ada pembaca yang profesi dokter atau guru, yang memang paham banget soal anak-anak. Mereka sering kasih masukan berharga, seperti saran terbaik buat anak. Atau, kalau saya bahas tentang traveling, ada yang kerja di bidang travel, mereka juga sering kasih masukan dan insight dari pengalaman mereka. Jadi, ya, interaksi sama pembaca tuh selalu membuka wawasan baru buat saya.
Interaksi dengan Pembaca
Minzzo: Pasti seneng banget ya, Kak, bisa dapet banyak pujian dan dukungan dari pembaca. Tapi, ada juga kan penulis yang kadang-kadang merasa down gara-gara kritikan pembaca. Kakak sendiri pernah nggak sih ngalamin hal kayak gitu?
Kiranoviani: Iya, memang sesekali saya terima kritikan dari pembaca. Saya ini tipe penulis yang nggak pernah hapus komentar, seberapa pun pedasnya. Jadi, kalau ada kritikan, saya pasti usahakan buat balas dengan cara yang konstruktif, biar si pengkritik itu nggak berhenti ngasih masukan. Tapi, kalau udah sampai hujatan atau kata-kata kasar yang menyerang personal, biasanya sih saya lebih milih untuk mengabaikannya.
Satu lagi nih, menurut saya kritik itu penting banget dalam proses berkarya. Kritik dari pembaca sering kali jadi motivasi buat saya buat terus memperbaiki tulisan. Saya pengen terus memberikan yang terbaik buat pembaca.
Tapi, ya, semoga kritikannya nggak terlalu keras ya. Kalo bisa sih, sambil memberi kritik, kasih juga dong semangat atau dukungan. Hehe, itu pasti lebih bikin penulis semangat lagi.
Minzzo: Tadi Kakak bilang tentang balas kritikan secara konstruktif. Bisa dijelaskan lebih lanjut nggak, maksudnya itu gimana?
Kiranoviani: Misalnya ada pembaca yang kritik tentang penggunaan kata "kamu" yang saya pakai buat panggil orang yang lebih tua atau orang tua di cerita saya. Biasanya saya nggak langsung menolak kritikannya. Saya coba tanya dulu ke mereka, minta penjelasan lebih detail, karena kadang-kadang kritikannya kan nggak lengkap.
Nah, setelah kita interaksi dan ngobrol lebih jauh, baru deh saya paham. Ternyata mereka merasa panggilan "kamu" itu kurang sopan. Setelah itu, saya biasanya jelasin kalau latar cerita saya itu di Amerika, di mana memanggil seseorang yang lebih tua dengan 'kamu' itu sesuatu yang lumrah. Dan yang menyenangkan, pembaca biasanya bisa paham dengan santai setelah saya jelaskan.
Minzzo: Kak, tadi Kakak sempat sebut tentang menciptakan konflik dan ide dalam cerita. Bisa nggak Kakak bagi tips & trik khusus supaya konflik bisa dituliskan dengan lebih menarik?
Kiranoviani: Nah, saya itu suka banget dengan konflik yang kompleks. Biasanya, saya mulai dengan konflik yang ringan dulu untuk "pemanasan" lalu masuk ke konflik yang lebih berat. Saya suka naik-turunkan tensi, bikin pembaca lega sebentar, terus bangun konflik baru lagi. Saya percaya konflik boleh melebar, asal tokoh utamanya tetap konsisten.
Saya juga perhatikan bahwa pembaca biasanya nggak terlalu suka kalau antagonisnya itu-itu aja, seolah nggak ada yang bisa mengalahkan dia. Jadi, saya lebih suka gonta-ganti konflik dan antagonis baru, tapi tetap pertahankan tokoh utama. Dengan cara ini, cerita jadi lebih dinamis dan nggak monoton.
Minzzo: Kak, gimana sih caranya Kakak mengetahui apakah konten yang Kakak tulis itu masih disukai oleh pembaca atau tidak? Ada cara khusus nggak untuk mengevaluasi hal itu?
Kiranoviani: Oh, itu saya lihat dari dua hal, yaitu komentar pembaca dan dasbor yang ada di platform menulis. Dasbor itu sekarang bener-bener membantu, lho. Saya bisa lihat statistiknya, seperti berapa banyak yang baca hari ini, berapa yang baca kemarin, dan seterusnya. Dari situ, saya bisa evaluasi, misalnya kenapa jumlah pembaca menurun tajam, atau kenapa hari ini pembacanya nggak sebanyak kemarin. Nah, untuk lebih detailnya, saya cek dari komentar pembaca, biar tahu kenapa ada perubahan di statistik.
Selain itu, untuk terus memikat pembaca, saya suka kasih adegan yang menggantung (cliffhanger) di akhir bab. Jadi, mereka penasaran dan harus baca bab selanjutnya untuk tahu kelanjutannya.