Memabangun Cerita Dengan Konflik

Halo, Sahabat Fizzo! Saya Aninda, hari ini saya akan membawakan materi, membangun cerita dengan konflik.

Seringkali, editor mendapatkan banyak pertanyaan dari para penulis. "Kak, boleh nggak sih memperpanjang cerita?" Kami selalu menjawab, “Boleh, tapi kami perlu melihat dulu apakah masih ada potensi konflik yang bisa dikembangkan dari cerita kamu."

Kenapa sih harus ada konflik? Karena novel, tidak terlepas dari alur, dan alur juga tidak terlepas dari konflik. Konflik yang baik tidak hanya dapat membuat pembaca tertarik untuk membaca isi novelnya, tetapi juga dapat membuat karakter dalam isi ceritanya menjadi lebih hidup.

Tanpa konflik, ibarat sayur tanpa garam, ceritanya pasti kurang enak dan kurang sedap. Pasti ceritanya membosankan, datar-datar saja, dan sudah pasti ditinggalkan oleh banyak pembacanya.

Bisa kalian lihat contoh dari cerita yang satu ini,

Mentari pagi bersinar. Santi membuka matanya. Dia lalu bergegas mandi dan bersiap untuk sekolah.

"Santi, ayo sarapan dulu," kata ibunya.

"Iya, Bu," jawab Santi.

Lalu dia menyantap makanan yang ada di meja.

"Semangat sekolah ya, Nak."

"Iya, terima kasih, Bu. Aku pergi dulu ya," jawab Santi dan dia pun pergi bersekolah seperti biasa.

Nah, apa kalian mau menikmati cerita seperti ini?

Jadi, gimana sih cara membangun konflik cerita yang baik?

Ada beberapa tipe konflik yang bisa kalian gunakan dalam cerita kalian;

  • Konflik Emosional
  • Konflik Kepentingan
  • Konflik Karakter
  • Konflik Idealisme
  • Yang pertama adalah Konflik Emosional.

    Seperti yang kita tahu, emosi adalah inti dari karakter. Setiap karakter memiliki emosi yang berbeda-beda, sehingga dapat memicu konflik antar karakter tersebut.

    “Misalnya, konflik emosional antara mertua dan menantu.”

    “Konflik emosional antara mertua dan menantu ini nantinya akan memperumit hubungan rumah tangga sang anak dan menantunya ini.

    Si mertua ini biasanya tidak begitu menyukai pilihan anaknya. Nah dari sini bisa muncul konfilk rumah tangga antara anaknya dan juga si menantunya ini.


    Selanjutnya, ada Konflik kepentingan.

    Konflik kepentingan ini bisa muncul karena dari seseorang/sekelompok orang yang berbeda tapi memiliki kepentingan yang sama. Sebagai contoh, A ingin memiliki kitab Ajaib. Dalam perjalanannya dia bertemu dengan si B yang juga memiliki keinginan yang sama. Mereka lalu berkompetisi dan saling mengalahkan satu sama lain untuk mendapatkan kitab Ajaib tersebut. Nah, secara alami, peran karakter pendukung di sini sangat mengganggu dari karakter utama.


    Lalu ada juga yang Namanya Konflik Karakter.

    Karakter dirancang untuk memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Darii kepribadian yang berbeda ini bisa memicu konflik antar karakter tersebut. Sebagai contoh, ada karakter bad boy yang bertemu dengan gadis yang alim. Dari namanya saja sudah jelas kan, kalau kepribadian mereka bagaikan langit sama bumi. Mereka dipertemukan dan saling jatuh cinta, dalam perjalanan cintanya tentu akan banyak konflik yang timbul diantara keduanya. Kita juga bisa memunculkan karakter orang ketiga dalam sebuah cerita. Misalnya, si karakter ini akan menganggu hubungan antara kedua orang yang sedang jatuh cinta tersebut, Karakter ini pun digambarkan memiliki kepribadian yang berbeda, sehingga memicu konflik yang lebih seru lagi.


    Yang terakhir ada Konflik Idealisme.

    Konflik idealisme ini muncul karena adanya latar belakang, jenjang pendidikan, serta pengalaman hidup yang berbeda. Nilai-nilai yang dianut dapat memengaruhi pengambilan keputusan untuk si karakter. Konflik ini dapat timbul ketika dua karakter dengan prinsip yang berbeda saling bertemu. Sebagai contoh, ada seorang prajurit yang patriotis bertemu dengan prajurit yang oportunis. Ketika terjadi perang besar dan hampir kalah, si prajurit patriotis akan berjuang sampai titik darah penghabisan, sedangkan si prajurit yang oportunis akan memilih untuk mengalah dan bernegosiasi dengan lawan agar dia selamat. Dalam proses ini akan muncul banyak perdebatan yang memicu konflik.

    Nah, sudah kebayang kan bagaimana kamu akan membangun konflik dalam cerita kamu?

    Kamu bisa menggabungkan beberapa konflik dalam ceritamu. Konflik tidak hanya dapat dibangun antara karakter utama saja, tapi kamu bisa menambah karakter minor sebagai dramatisasi untuk cerita kamu.

    Dengan adanya konflik, kamu bisa membuat cerita dengan alur yang padat dan memikat, bukan hanya sekadar menambah kata.

    Sekian dulu ya tips dari kami. Semoga membantu.

    Kami tunggu karya-karyamu di Fizzo! Selamat menulis!